punggung kura-kura dengan
diameter 50 sentimeter. Bagian
dalam berwarna hitam dan di tengahnya
terdapat lubang kecil. Bagian belakang
berwarna kuning tembaga bertulis “Allah”
dan “Muhammad”. Itulah batu angkek-angkek
(angkat) yang konon bisa meramal nasib, rejeki, sampai ke hal-hal perjodohan.
Batu angkek-angkek terletak Nagari Tanjuang, Kecamatan Sungayang,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Batu tersebut diyakini memiliki
daya magis. Kalau ada yang berhasil mengangkat, maka bertanda
keinginan seseorang itu akan tercapai. Tapi kalau batu tersebut
tak bisa diangkat, maka keinginannya tak akan tercapai. Di situlah
daya magis batu yang tidak memiliki berat tetap itu.
Benda sakral itu terletak di dalam rumah gadang berukuran 4x16 meter
Benda sakral itu terletak di dalam rumah gadang berukuran 4x16 meter
milik warga Suku Piliang. Rumah gadang itu sudah berusia 104 tahun.
Alpi Putra (40), generasi ke-8 Datuak Bandaro Kayo, penemu batu
Alpi Putra (40), generasi ke-8 Datuak Bandaro Kayo, penemu batu
tersebut. Alpi menceritakan keanehan yang terjadi saat menemukan batu tersebut.
Suatu malam, Datuak Bandaro Kayo yang juga Kepala Suku Piliang,
Suatu malam, Datuak Bandaro Kayo yang juga Kepala Suku Piliang,
bermimpi bertemu dengan Syech Ahmad. Datuak diperintah untuk
mendirikan sebuah kampung yang diberi nama Palangan. Dia juga
diminta membangun rumah gadang di lokasi tertentu.
Datuak pun kemudian mengumpulkan anggota suku dan menyampaikan
Datuak pun kemudian mengumpulkan anggota suku dan menyampaikan
kabar mimpinya. Setelah disepakati, akhirnya warga Piliang mendirikan
rumah gadang. Namun apa yang terjadi, saat batagak tonggak tua
(pemancangan tonggak utama), gempa dasyat terjadi disertai petir
serta angit berubah gelap. Kejadian itu berlangsung selama 14 hari.
Warga suku bingung dan cemas. Tak lama setelah itu terdengar
Warga suku bingung dan cemas. Tak lama setelah itu terdengar
suara dari lubang tempat pemancangan tonggak utama. Suara itu
berbunyi permintaan agar warga mengeluarkan benda dari lubang tersebut.
Datuak Bandaro Kayo pun mengumpulkan kembali warganya untuk
Datuak Bandaro Kayo pun mengumpulkan kembali warganya untuk
mengambil benda di dalam lubang. Akhirnya, baru mereka ketahui
penyebab mengapa tonggak tidak bisa dipancang serta bencana
selama 14 hari. Setelah batu diangkat, bencana pun berhenti.
“Sebenarnya ada dua batu, hanya saja pasangannya tidak bisa
“Sebenarnya ada dua batu, hanya saja pasangannya tidak bisa
dikeluarkan, Sebab setiap menggalinya batu itu terus amblas ke dalam,
akhirnya memutuskan pasangan
batu itu dibiarkan saja di dalam tanah,” tutur Alpi kepada Okezone.
Setelah batu itu diangkat barulah pemacangan
Setelah batu itu diangkat barulah pemacangan
tonggak utama itu bisa dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar